page contents
 
Ojho Sunusi 

 ‎"Kebetulan" kata ini sering digunakan untuk menyatakan status
misalnya "saya bukan ibu SEBAB hanya "kebetulan" saya istrinya. 

kebiasaan lisan ini sulit dihindari dalam penggunaannya, karena sudah menjadi kebisaan yang lazim, apalagi para penuturnya kebanyakkan dari istri pejabat di negeri ini, sehingga bagi masyarakat hal tersebut bukan suatu persolalan yang signifikan. lalu bagaimana dengan kita? 
o   

Uum G. Karyanto 

Ya, Bung Ojho Sunusi. Pemakaian ungkapan "kebetulan" telah menjadi semacam gejala yang unik tetapi umum dalam bertutur secara lisan. Saya memperkirakan beberapa hal terkait gejala ini. (1) Sangat mungkin awalnya hal tsb merupakan satu bentuk idiolek (ciri perseorangan dl berbahasa), kemudian berkembang menjadi suatu bentuk sosiolek (variasi bahasa yang berkorelasi dg kelas sosial atau kelompok pekerja). (2) Pemakaian ungkapan itu mungkin berkaitan dengan proses berpikir. Maksudnya, seseorang penutur perlu waktu satu atau beberapa detik untuk memformulasikan pikiran sebelum menyusun satu atau beberapa kalimat. Ungkapan "kebetulan" muncul secara spontan mengisi kekosongan waktu tersebut. Pada kasus semacam ini, ungkapan tersebut sama halnya dengan ungkapan "saya pikir ..." atau "eee..." dsb. (3) Ungkapan ini relatif tidak muncul dalam ragam bahasa tulis, kecuali ragam bahasa lisan yang dituliskan. Pada ragam yang terakhir itu ungkapan tersebut muncul bukan secara spontan, melainkan disengaja oleh penulisnya sebagai upaya memertahankan realisme cerita. Dalam mendeskripsikan percakapan, misalnya, seorang penulis cerpen sengaja menggunakan ungkapan tersebut untuk mewakili cara bertutur tokoh yang diciptakannya. Demikian kira-kira. Wallahu alam.