page contents
 
*Kiki Zakiah Nur, S.S.

Dalam berbahasa, banyak yang sering melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut mungkin disadari, mungkin juga tidak. Akibat kesalahan tersebut, bahasa yang digunakan menjadi kacau. Kekacauan dalam berbahasa ini disebut dengan kontaminasi. Istilah lainnya adalah kerancuan. Kontaminasi atau kerancuan merupakan pencampuradukan dua bentuk bahasa yang masing-masing dapat berdiri sendiri, atau disatukan dalam satu bentukan baru yang tidak sepadan sehingga melahirkan bentukan baru yang kacau.

Contoh kekacauan bahasa pada kata berulangkali dan seringkali. Kedua kata itu sering ditemukan dalam berbahasa. Kata berulangkali sebenarnya berasal dari dua bentukan kata yang benar, yakni berulang-ulang dan berkali-kali. Akan tetapi, orang sering menggabungkan keduanya dan pada akhirnya menghasilkan bentukan baru yang kacau.

Kata seringkali berasal dari kata sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Kata sering di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna banyak kali. Jika begitu, makna kata seringkali menjadi banyak kali-kali atau kerap kali-kali. Makna itu tentu kacau karena kata itu memang berasal dari bentukan yang kacau pula. Jadi, bentuk yang tepat untuk kata seringkali adalah kerap kali atau acap kali, atau dapat juga dikatakan sangat sering.

Kata lainnya yang juga sering digunakan secara kacau adalah mengenyampingkan. Untuk membuktikan bahwa kata itu salah dapat dijelaskan struktur katanya.
Kata mengenyampingkan merupakan bentukan dari kata dasar samping yang diberi awalan me- dan akhiran –kan, yaitu me- + ke samping + -kan. Kemudian, unsur-unsur itu disatukan menjadi mengesampingkan. Hanya fonem /k/ pada awal kata ke samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/, sedangkan bunyi /s/ pada kata samping tidak perlu diluluhkan. Sementara itu, ada juga bentuk menyampingkan yang berasal dari kata dasar samping yang diberi awalan me- dan akhiran –kan, yakni me- + samping + -kan menjadi menyampingkan. Pada bentukan tersebut, fonem /s/ pada awal kata samping menjadi luluh menjadi bunyi sengau /ny/. Jadi, bentukan mengenyampingkan merupakan bentuk rancu dari bentuk menyampingkan dan mengesampingkan.

Ada ungkapan yang sebenarnya kacau. Akan tetapi, karena banyak orang yang tidak mengetahuinya, mereka sering menggunakannya dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Bentuk ungkapan itu adalah semakin hari, misalnya semakin hari semakin cantik saja gadis itu. Penjelasannya adalah bahwa kata semakin atau makin diikuti oleh kata sifat atau adjektiva, misalnya semakin baik, semakin lama, makin buruk. Kata semakin atau makin tidak diikuti oleh kata benda atau nomina. Jadi, tidak ada semakin tahun, semakin baju (Buku Praktis Bahasa Indonesia 1). Kata hari juga termasuk jenis kata benda atau nomina. Jadi, ungkapan semakin hari merupakan ungkapan yang kacau.

Sebenarnya kontaminasi atau kekacauan dalam berbahasa ini dapat dihindari asalkan orang tahu bagaimana bentuk yang benar dan tahu bagaimana bentuk yang salah.

*Tenaga Teknis Kantor Bahasa Provinsi Lampung 



Leave a Reply.