page contents
 
Oleh Yadhi Rusmiadi Jashar 

1.   Pengertian Penanda Retorik Paragraf

Leech dalam Geoffrey (Tarigan, 1993:22) mengemukakan, retorik adalah kajian mengenai pemakaian bahasa secara efektif di dalam komunikasi maupun dalam keterampilan menggunakan bahasa baik dalam lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang sudah ada ketentuannya. Penanda retorik paragraf adalah penanda-penanda yang berupa kalimat-kalimat yang saling berhubungan yang berfungsi untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu paragraf (Ramlan, 1993:11).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penanda retorik paragraf merupakan penanda-penanda yang berupa kalimat-kalimat yang saling berhubungan yang berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf, yang digunakan dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lengkap penanda retorik ada lima macam sebagai berikut.

`

a.   Penanda Penunjukkan

  Menurut Chaer (2006:376), penanda penunjukkan adalah isi kalimat yang satu diulang kembali pada kalimat lain. Ramlan (1993:12) mengemukakan bahwa penanda penunjukkan adalah penggunaan kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kata, frase, atau mungkin saja satuan gramatikal yang lain. Arifin dan Junaiyah (2008:87) menyebut penanda penunjukkan dengan istilah hubungan pengacuan (reference) yang artinya kata atau frase yang digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada kata, frase, atau klausa lain. Menurut Ramlan (1993:13) penanda penunjukan terdiri dari:

1)  Penanda penunjukkan itu

Contoh:          

Setiap hari komputer mencatat ribuan nama, alamat, nomor telepon dan sisa pembelanjaan uangnya. Nama-nama itu dimasukkan ke komputer lain yang segera bekerja meneleponi mereka (Ramlan, 1993:13).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penunjukkan itu digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada frase ribuan nama, alamat, nomor telepon dan sisa pembelanjaan uangnya.



2)  Penanda penunjukkan ini

Contoh:          

Kita perhatikan kalimat ini. Semua usahanya gagal. Karena itu ia sangat sedih (Ramlan, 1993:13).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penunjukkan ini digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada kata kalimat.



3)   Penanda penunjukkan tersebut

Kata tersebut berarti sudah disebut. Oleh karena itu, kata itu sering diikuti oleh frase di atas, di atas ini, di bawah, di bawah ini, dan menjadi tersebut di atas, tersebut di atas ini, tersebut di bawah, tersebut di bawah ini.

 Contoh:          

Dari tanggal 23 sampai dengan 30 Juli 2004 di Fakultas Seni Rupa dan Desain diadakan pameran seni rupa untuk menyambut Dies Natalis ISI yang kedua. Mahasiswa-mahasiswa yang telah mencapai semester VI ke atas diharapkan mengikuti pameran tersebut (Ramlan, 1993:13).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penunjukkan tersebut digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada kalimat pameran seni rupa untuk menyambut Dies Natalis ISI yang kedua.



4)   Penanda penunjukkan berikut

Kata berikut menunjuk ke belakang, kadang-kadang diikuti kata ini dan menjadi berikut ini.

Contoh:          

Mengenai proses pembuatan kain tenun akan dipaparkan pada bab-bab berikut. Bab I Pendahuluan, Ban II Persiapan Menenun, Bab III Proses Pembuatan Kain Tenun, Bab IV Penutup (Ramlan, 1993:13).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penunjukkan berikut digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada kalimat Bab I Pendahuluan, Ban II Persiapan Menenun, Bab III Proses Pembuatan Kain Tenun, Bab IV Penutup.



5)   Penanda penunjukkan tadi

Di samping sebagai keterangan waktu, kata tadi terutama dalam ragam bahasa percakapan dapat digunakan sebagai penanda penunjukkan secara eksoforik atau hubungan yang berada di luar teks.

Contoh:          

Di suatu rumah makan Ahmad bertanya kepada temannya, Andi, “Orang tadi siapa?”.

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penunjukkan tadi digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada orang yang datang menemui Andi.

b.   Penanda Penggantian

Menurut Ramlan (1993:17), penanda hubung penggantian adalah penanda hubung kalimat yang berupa kata, atau frase yang menggantikan kata, frase, atau mungkin juga satuan gramatikal yang lain. Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:93-94) penanda penggantian ditandai oleh kata atau frasa yang menggantikan kata, frasa, atau mungkin juga satuan gramatikal lain yang terdapat sebelum sesuatu yang digantikan atau terdapat sesudah sesuatu yang digantikannya. Macam-macam penanda penggantian sebagai berikut.

1)  Kata ganti persona sebagai penanda hubungan penggantian

Kata ganti persona pertama yaitu aku, saya, kami, kita serta kata ganti persona kedua yaitu engkau, kamu, anda beserta bentuk klitik nya, ku, kau, dan mu (Ramlan, 1993:18).

Contoh:

 “Besok pagi saya disuruh ibu ke Jakarta. Dapatkah kamu menemani saya?” kata Ahmad kepada teman-temannya.

“Maaf Mad, aku sedang banyak pekerjaan. Tugasku membuat makalah untuk seminar belum selesai,” jawab temannya (Ramlan, 1993:18).

 Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penggantian berupa kata ganti persona kamu digunakan untuk menggantikan kata teman-temannya, penanda penggantian berupa kata ganti persona –ku pada kata tugasku digunakan untuk menggantikan kata aku, dan penanda penggantian berupa kata ganti persona –nya pada kata temannya digunakan untuk menggantikan frase teman Ahmad.

2)  Kata itu dan ini sebagai penanda hubungan penggantian

Pada penanda penunjukkan telah dibicarakan bahwa kata itu dan ini dapat juga dipakai sebagai penanda penggantian yakni menggantikan kata frase atau mungkin satuan gramatikal lainnya baik dalam hubungan endoforik maupun eksoforik (Ramlan, 1993:21).

Contoh:          

Untuk memerangi rasa bosan itu aku pernah mengikuti les tari. Akan tetapi, itupun hanya bertahan selama enam bulan  (Ramlan, 1993:21).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penggantian berupa kata itu digunakan untuk menggantikan frase les tari.



3)  Kata sana, sini, dan situ sebagai penanda hubungan penggantian

Ketiga kata di atas termasuk golongan kata ganti tempat. Kata sana menggantikan tempat yang jauh dari pembicaraan dan lawan bicara. Kata sini menggantikan tempat yang dekat pembicara dan lawan bicara, dan kata situ menggantikan tempat yang dekat dengan lawan bicara (Ramlan, 1993:22).

Contoh:          

Untuk tahun 2005 ini ada sekitar 2570 santriwati yang menuntut ilmu di sini. Sementara jumlah guru di sini sekitar 350 orang yang sebagian besarnya adalah wanita (Ramlan, 1993:22).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penggantian berupa kata sini digunakan untuk menggantikan frase tempat santriwati menuntut ilmu.



4)  Kata begitu, begini, dan demikian sebagai penanda hubungan penggantian

Kata begitu, begini, dan demikian dapat berfungsi sebagai penanda hubungan penggantian dalam hubungan endoforik. Kata begitu dan demikian menggantikan ke depan, sedangkan kata begini menggantikan ke belakang (Ramlan, 1993:22-23).

Contoh:  Ayah sering marah tanpa ada sebabnya. Ia memang memiliki sifat begitu.

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda penggantian berupa kata begitu digunakan untuk menggantikan frase marah tanpa ada sebabnya.

c.   Penanda Pelesapan

Menurut Ramlan (1993:24), penanda pelesapan adalah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya. Sekalipun tidak dinyatakan tidak tersurat, tetapi kehadiran unsur kalimat itu dapat diperkirakan. Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:94), hubungan pelesapan ditandai oleh lesapnya unsur kalimat karena tidak dinyatakan secara tersurat atau tidak diucapkan pada kalimat berikutnya.

 Contoh:

Berdasarkan peraturan, sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah-sekolah negeri diberi batas waktu sampai tahun 2000. Setelah itu, harus menempati gedung sendiri (Ramlan, 1993:24).

Berdasarkan kutipan tersebut, penanda pelesapan berupa unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersirat pada kalimat berikutnya adalah kalimat sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah-sekolah negeri yang secara tersirat terdapat pada rangkaian kalimat  Setelah itu, (sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah-sekolah negeri) harus menempati gedung sendiri.

d.   Penanda Perangkaian

Menurut Ramlan (1993:26), penanda perangkaian adalah adanya kata atau kata-kata yang merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:95), penanda perangkaian ditandai oleh penggunaan kata perangkai sebagai alat penghubung antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Kata-kata tersebut yaitu dan, lalu, kemudian, tetapi, akan tetapi, namun, pada hal, sebaliknya, bahkan, malah, apa lagi, sesudah itu, setelah itu, sebelum itu, sementara itu, ketika itu, waktu itu, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, selain itu, selain daripada itu, di samping itu, kecuali itu, dengan itu, meskipun begitu demikian, walaupu begitu demikian, namun begitu demikian, jika begitu demikian, kalau begitu demikian, dengan begitu demikian, karenanya, akibatnya, sesudahnya, sebelumnya, dalam pada itu, dalam kaitan itu, akhirnya, misalnya, antara lain, contohnya, jadi (Ramlan, 1993:28).

Contoh:    

Pemerintah menyadari bahwa masih ada pihak-pihak atau sebagian kecil dari rakyat yang belum dapat menikmati hasil pembangunan. Oleh karena itu, dalam trilogi pembangunan pemerintah dijadikan strategi dasar pelaksanaan pembangunan (Ramlan, 1993:28).

 Berdasarkan kutipan tersebut penanda perangkai berupa kata dan berfungsi merangkaikan kalimat Pemerintah menyadari bahwa masih ada pihak-pihak atau sebagian kecil dari rakyat yang belum dapat menikmati hasil pembangunan dengan kalimat dalam trilogi pembangunan pemerintah dijadikan strategi dasar pelaksanaan pembangunan.

e.   Penanda Hubungan Leksikal

Menurut Ramlan (1993:30), penanda hubungan leksikal adalah hubungan yang disebabkan oleh adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian. Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:95), hubungan dengan penanda leksikal ditandai oleh penggunaan kata-kata yang secara leksikal memang memiliki hubungan.  Hubungan leksikal ini terdiri dari:

1)  Pengulangan

Pengulangan adalah bukanlah proses reduplikasi yang merupakan salah satu proses morfologis, misalnya kata rumah menjadi rumah-rumah, melainkan penanda hubungan antar kalimat, yaitu adanya unsur pengulangan yang mengulang unsur yang terdapat pada kalimat di depannya (Ramlan, 1993:30). Penanda pengulangan terdiri dari 4 macam pengulangan, yaitu:

a)  Pengulangan sama tepat yaitu apabila unsur pengulangan sama dengan unsur diulang, hanya pada umumnya unsur diikuti oleh unsur penunjuk itu, ini, dan tersebut (Ramlan, 1993:31).

Contoh:          

Penulis seringkali merupakan penilai yang buruk untuk karyanya sendiri. Karenanya, cobalah minta pendapat orang lain mengenai tulisan Anda. Jangan berkecil hati, apabila orang yang Anda tanya memberikan kritik habis-habisan kepada Anda. Jadikan kritik tersebut sebagai bahan masukan bagi karya Anda selanjutnya. Apalagi, kalau masukan itu berasal dari seorang penulis berpengalaman (Ramlan, 1993:31).

 Berdasarkan kutipan tersebut penanda hubungan leksikal berupa pengulangan  kata kritik dan masukan yang diulang sama tepat pada kalimat berikutnya.

b)  Pengulangan dengan perubahan bentuk yaitu pengulangan yang disebabkan oleh  keterikatan tata bahasa, misalnya karena unsur yang diulang berupa kata kerja dan unsur pengulangannya harus berupa kata benda (Ramlan, 1993:32).

Contoh:          

Sebagai tindak lanjut kesepakatan yang pernah dilakukan antara pemerintah daerah dengan sejumlah perusahaan di tiga belas propinsi, pada hari Selasa diserahkan 403 kasus pencemaran lingkungan hidup. Penyerahan dilakukan oleh Menteri KLH Prof. Dr. Emil Salim ketika memberikan sambutan pada penandatanganan piagam kerja sama tentang peningkatan kemampuan penegakan hukum lingkungan auditorium Depkeh, Jakarta (Ramlan, 1993:32).

Berdasarkan kutipan tersebut penanda hubungan leksikal berupa pengulangan  kata diserahkan yang diulang dengan perubahan bentuk kata menjadi penyerahan.



c)  Pengulangan sebagian yaitu pengulangan sebagian dari unsur diulang (Ramlan, 1993:34).

Contoh:          

Para pengamat berpendapat, bahwa masalah Kepulauan Kuril sebagai urusan jual beli tanah yang terbesar dalam abad ini. Namun, sang tuan tanah hingga kini belum mau memutuskan untuk menjualnya, dan sang pembeli belum mengetahui berapa harga hasil tersebut. Jika melihat lingkungannya kepulauan itu tidak terlalu indah untuk dijual (Ramlan, 1993:34).

Berdasarkan kutipan tersebut penanda hubungan leksikal berupa pengulangan  kata kepulauan Kuril yang sebagian dari unsurnya diulang menjadi kepulauan itu.



d) Pengulangan parafrase yaitu pengungkapan kembali suatu konsepsi dengan bentuk bahasa yang berbeda. Jadi, pengulangan yang unsur pengulangannya berparafrase dengan unsur terulang (Ramlan, 1993:35).

Contoh:          

Kesadaran etik dan moral itu melandasi ketaatan masyarakat pada hukum. Kesadaran etik dan moral itulah yang melandasi dihayatinya disiplin nasional (Ramlan, 1993:35).

Berdasarkan kutipan tersebut penanda hubungan leksikal berupa pengungkapan kembali suatu konsepsi dengan bentuk bahasa yang berbeda, yaitu kalimat Kesadaran etik dan moral itu melandasi ketaatan masyarakat pada hukum. yang diulang menjadi Kesadaran etik dan moral itulah yang melandasi dihayatinya disiplin nasional.



2)  Sinonim

Sinonim adalah satuan bahasa, khususnya kata atau frase, yang berikutnya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip (Ramlan, 1993:36).

Contoh:          

Kesunyian mengapung di Padang Kerusetra. Namun, kelengangan yang meliputi hamparan padang luas itu terasa menyeramkan. Bumi pun terasa kehilangan denyutnya. Peristiwa apa gerangan yang akan mengoyak kesunyiannya? (Ramlan, 1993:36).

Berdasarkan kutipan tersebut penanda hubungan leksikal berupa kata Kesunyian yang diulang dengan kata yang bersinonim, yaitu kata kelengangan.



3)  Hiponim

Dalam hiponim unsur pengulangan mempunyai makna yang mencakup makna unsur berulang. Unsur hiponim yang mencakup makna unsur yang lain disebut superordinat, dan unsur yang lain disebut subordinat (Ramlan, 1993:37).

Contoh:          

Saat ini berbagai upaya pemerataan pendidikan sudah dilakukan. Antara lain program pendidikan 9 tahun, pemberian beasiswa kepada anak yang kurang mampu, pemberian beasiswa bagi anak yang berprestasi (Ramlan, 1993:37).

Berdasarkan kutipan tersebut, kalimat berbagai upaya pemerataan pendidikan sudah dilakukan  merupakan superordinat dari kalimat program pendidikan 9 tahun, pemberian beasiswa kepada anak yang kurang mampu, pemberian beasiswa bagi anak yang berprestasi.

11/12/2015 10:46:38 am

hay.. nama saya try., salam kenal..,
makasih sudah berbagi ilmu yang bermanfaat.. pasti sangat membantu teman-teman dalam mencari bahan referensi untuk mengerjakan tugas..

Oh ia., saya juga punya pembahasan mengenai Paragraf. kalau ada waktu jangan lupa mampir baca <a href='http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/11/tugas-bahasa-indonesia-paragraf.html'>Tugas Bahasa Indonesia 'Paragraf Deduktif & Induktif' </a> dan <a href='https://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/tugas-bahasa-indonesia-makalah-paragraf.html'>Tugas Bahasa Indonesia 'Paragraf Argumentasi'</a>. siapa tahu bisa bermanfaat..

Reply



Leave a Reply.